Memperjuangkan Cinta
Saya sering bertanya-tanya...
Apakah ibu mencintai ayah? apakah ayah mencintai ibu? ataukah mereka sekadar saling berkompromi hidup bersama demi menjaga kami anak-anaknya. Sebesar apakah cinta dibutuhkan untuk membuat dua anak manusia bisa bertahan hingga usia tua?
Pernah saya mendapati ibu menangis di dalam kamar sendirian. air matanya jatuh dengan napas tersengal sesenggukan. Saya bertanya kenapa? Ibu bilang ayah membuatnya luka. Sudah berapa kali? saya tanya lagi. Ibu bilang berkali-kali.
Tapi esoknya, ibu memasak makanan favorit ayah, lengkap dengan teh madu kesukaannya.
Di lain waktu, saya melihat ayah sedang berzikir dengan mata merah dan dada yang naik turun menahan marah. Saya bertanya kenapa? Ayah bilang ibu membuatnya luka. Sudah berapa kali? saya tanya lagi. Ayah bilang berkali-kali.
Namun esok hari ayah bangun lebih dulu dari matahari. Diambilnya kopiah dan berangkat ke masjid di ujung desa. Saya mengikuti di belakang sambil terantuk mengantuk. Dalam doa selepas salam ayah berkata lirih agar Allah menjaga istri dan anaknya dalam rahmat dan hidayah-Nya.
Selepas itu saya bertanya. Bagaimanakah cinta bekerja? jika sudah dibuat berkali-kali luka kenapa tidak saling berpisah saja. Ayah menepuk pundak saya dan berkata, sebaiknya kita sudahi saja. Karena luka hanya membuat perih dan derita saja.
Bagi ayah dan ibu, cinta terbesar mereka adalah kami; anak-anaknya.
Hingga akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan bahwa; cinta tak perlulah megah dan mewah. Keistimewaannya adalah ketika cinta itu sederhana dan selalu ada. hadir dengan kesetiaannya yang sempurna.
sebab bagi ayah dan ibu. cinta mereka lebih nyata dari kata cinta itu sendiri.
37 tahun pernikahan.
Barakallah semoga cinta sampai ke Surga.
Kisah di atas ditulis oleh kakak kelas saya ketika dulu sama-sama belajar di sebuah pondok pesantren di akun fb-nya, dan dicantumkan di dalam buku ini berdasarkan izin darinya.
Semoga kisah di atas bisa menjadi muhasabah cinta dalam hidup berumah tangga; bahwa cinta haruslah diperjuangkan hingga titik akhir nafas –apapun ujian dalam mempertahankannya, sebagaimana dahulu kita memperjuangkan untuk mendapatkannya. Wallahul muwaffiq.
Tulisan di atas hanya 1 dari 54 nasehat pernikahan yang tercantum dalam buku Keluarga Bervisi Surga. 54 nasehat semakin mengena karena dibalut dengan kisah-kisah yang menginspirasi.
KELUARGA BERVISI SURGA
š¹Penulis : Ibnu Abdil Bari
š¹Penerbit : Zaduna
š¹Kategori : Referensi Parenting
š¹Cover : Soft Cover
š¹Isi : 272 hlm
š¹Ukuran : 14 x 20,5 cm
š¹Berat : 350 gr
